Kamis, 28 Mei 2009

Permasalahan Ekonomi Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia

1. Belum terwujudnya kemerdekaan ekonomi

Kondisi perekonomian Indonesia pasca kemerdekaan masih dikuasai oleh asing. Untuk itu para ekonom menggagas untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Salah satu tokoh ekonom itu adalah Sumitro Djoyohadikusumo. Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia harus selekasnya ditumbuhkan kelas pengusaha. Pengusaha yang bermodal lemah harus diberi bantuan modal. Program ini dikenal dengan gerakan ekonomi Program Benteng. Tujuannya untuk melindungi usaha-usaha pribumi. Ternyata program benteng mengalami kegagalan. Banyak pengusaha yang menyalahgunakan bantuan kredit untuk mencari keuntungan secara cepat.

2. Perkebunan dan instalasi-instalasi industri rusak

Akibat penjajahan dan perjuangan fisik, banyak sarana prasarana dan instalasi industry mengalami kerusakan. Hal ini mengakibatkan kemacetan dalam bidang industri, kondisi ini mempengaruhi perekonomian nasional.

3. Jumlah penduduk meningkat cukup tajam

Pada pasca kemerdekaan, laju pertumbuhan penduduk meningkat. Pada tahun 1950 diperkirakan penduduk Indonesia sekitar 77,2 juta jiwa. Tahun 1955 meningkat menjadi 85,4 juta. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat berakibat pada peningkatan impor makanan. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan akan lapangan kerja meningkat. Kondisi tersebut mendorong terjadinya urbanisasi.

4. Utang negara meningkat dan inflasi cukup tinggi

Setelah kemerdekaan, ekonomi Indonesia tidak stabil. Hal itu ditandai dengan meningkatnya utang negara dan meningginya tingkat inflasi. Utang Indonesia meningkat karena Ir. Surachman (selaku Menteri Keuangan saat itu) mencari pinjaman ke luar negeri untuk mengatasi masalah keuangan negara. Sementara itu, tingkat inflasi Indonesia meninggi karena saat itu barang-barang yang tersedia di pasar tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Akibatnya, harga barang-barang kebutuhan naik. Untuk mengurangi inflasi, pemerintah melakukan sanering pada tanggal 19 Maret 1950. Sanering adalah kebijakan pemotongan uang. Uang yang bernilai Rp,5,- ke atas berlaku setengahnya.

5. Defisit dalam perdagangan internasional

Perdagangan internasional Indonesia menurun. Hal ini disebabkan Indonesia belum memiliki barang-barang ekspor selain hasil perkebunan. Padahal sarana dan produktivitas perkebunan telah merosot akibat berbagai kerusakan.

6. Kekurangan tenaga ahli untuk menuju ekonomi nasional

Pada awal kemerdekaan, perusahaan-perusahaan yang ada masih merupakan milik Belanda. Demikian juga tenaga ahlinya. Tenaga ahli masih dari Belanda, sedang tenaga Indonesia hanya tenaga kasar. Oleh karena itu Mr. Iskaq Tjokroadikusuryo melakukan kebijakan Indonesianisasi. Kebijakan ini mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha swasta nasional. Langkahnya dengan mewajibkan perusahaan asing memberikan latihan kepada tenaga bangsa Indonesia.

7. Rendahnya Penanaman Modal Asing (PMA) akibat konflik Irian Barat

Akibat konflik Irian Barat kondisi politik tidak stabil. Bangsa Indonesia banyak melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda. Sebagai dampak nasionalisasi, investasi asing mulai berkurang. Investor asing tidak berminat menanamkan modalnya di Indonesia.

8. Terjadinya disinvestasi yang tajam dalam tahun 1960-an

Pada tahun 1960-an terjadi disinvestasi yang cukup tajam akibat konflik Irian Barat. Akibatnya kapasitas produksi menurun karena terjadi salah urus dalam perusahaan.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Pada Peradaban Islam

Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan sisilia. Spanyol sendiri merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Beberapa perkembangan Islam antara lain sebagai berikut.

  1. Bidang politik

    Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sedangkan bani Umayyah II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib (1096-1291)

  2. Bidang Sosial Ekonomi

    Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagang dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika

  3. Bidang Kebudayaan

    Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut.

    a. Al Farabi (780-863M)

    Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya aristoteles

    b. Ibnu Rusyd (1120-1198)

    Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa.

    Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.

    c. Ibnu Sina (980-1060 M)

    Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran

    4. Bidang Pendidikan

    Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama.

    Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat

    Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.

    1. Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi dokter, ia bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan pengetahuan sarjana dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikian juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjana yang termasyhur di negaranya
    2. Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
    3. Seorang pendeta kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292 M) mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat membaca nasakah asli dan menerjemahkannya ke dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan tersebut dibawanya ke Universitas Oxford Inggris.

      Sayangnya, penerjemahan tersebut diakui sebagai karyanya tanpa menyebut pengarang aslinya. Diantara buku yang diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya Roger Bacon.

    4. Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d'Aurignac (940-1003 M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana , ia berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut
    5. Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam, maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan pembantaian kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai kerajaan non muslim, maka penduduk negeri tersebut diperlakukan dengan baik. Agama dan kebudayaan merekapun tidak terganggu
    6. Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.

Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18 M.

Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapkan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khususnya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi kenangan.

Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin

  1. Kondisi Politik Dalam Negeri pada Masa Demokrasi Terpimpin


     

Demokrasi Terpimpin yang menggantikan sistem Demokrasi Liberal, berlaku tahun 1959 – 1965. Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuasaan presiden sangat besar sehingga cenderung ke arah

otoriter. Akibatnya sering terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945. Berikut ini beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang terjadi semasa Demokrasi Terpimpin.

a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959.

b. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden.

c. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955.

d. GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" ditetapkan oleh DPA bukan oleh MPRS.

e. Pengangkatan presiden seumur hidup.

Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha menempatkan dirinya sebagai golongan yang Pancasilais. Kekuatan politik pada Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan Presiden Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di sampingnya. Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) ciptaan Presiden Soekarno sangat menguntungkan PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai unsur yang sah dalam konstelasi politik Indonesia. Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat PKI semakin meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra sebagai partai yang paling manipolis dan pendukung Bung Karno yang paling setia. Selama masa Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan program-programnya secara revolusioner. Bahkan mampu menguasai konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada tanggal 30 September 1965.


 

  1. Politik Luar Negeri Masa Demokrasi Terpimpin


     

Politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin lebih condong ke blok Timur. Indonesia banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara blok komunis, seperti Uni Soviet, RRC, Kamboja, maupun Vietnam. Berikut ini beberapa contoh pelaksanaan politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin.

a. Oldefo dan Nefo

Oldefo (The Old Established Forces), yaitu dunia lama yang sudah mapan ekonominya, khususnya negara-negara Barat yang kapitalis. Nefo (The New Emerging Forces), yaitu negara-negara baru. Indonesia menjauhkan diri dari negara-negara kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja sama dengan negara-negara komunis (blok nefo). Hal ini terlihat dengan terbentuknya Poros Jakarta – Peking (Indonesia – Cina) dan Poros Jakarta – Pnom Penh – Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia – Kamboja – Vietnam Utara - Cina – Korea Utara).

b. Konfrontasi dengan Malaysia

Pada tahun 1961 muncul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno karena dianggap sebagai proyek neokolonialisme dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Keberatan atas pembentukan Federasi Malaysia juga muncul dari Filipina yang mengklaim daerah Sabah sebagai wilayah negaranya. Pada tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman menandatangani dokumen tentang pembentukan Federasi Malaysia. Kemudian, tanggal 16 September 1963 pemerintah Malaya memproklamasikan berdirinya Federasi Malaysia. Menghadapi tindakan Malaysia tersebut, Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik antara dua negara putus. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora), isinya:

1) perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan

2) bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri danmenggagalkan negara boneka Malaysia.

Di tengah situasi konflik Indonesia - Malaysia, Malaysia dicalonkan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Masalah ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno. Namun akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Terpilihnya Malaysia tersebut mendorong Indonesia keluar dari PBB. Secara resmi Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965.

Kerajaan Usmani


Pendiri kerajaan ini bernama Usmani, seorang bangsa Turki dari kabilah Oghuz. Ia menyatakan diri sebagai Padisyah al Usmani (raja besar keluarga Usmani) pada tahun 699 H (1300 M). Tahun 1312 M ia menyerang kota Broessa di Bizantium yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaannya. Beberapa tahun kemudian Usmani dapat menaklukkan sebagian benua Eropa seperti Azmir (Smirna) tahun 1327, Thawasyanli tahun 1330, Uskandar tahun 1338, Ankara tahun 1354, dan Gallipoli tahun 1356. Pada masa Sultan Murad I (1359-1389) Usmani dapat menguasai Adrianopel yang kemudian dijadikan ibukotanya yang baru, kemudian ditaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.

Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur pasukan Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Hanya sayang Sultan Bayazid I ini dapat dikalahkan oleh serangan tentara Timur Lenk dalam pertempuran di Ankara tahun 1402 dan dia sendiri ditawan musuh. Dengan ditawannya Bayazid I ini kerajaan Usmani mengalami kemunduran, sampai diselamatkan kembali oleh putranya Muhammad, dan dilanjutkan oleh Murad II (1421-1451) lalu oleh Muhammad II (1451-1481) yang dikenal dengan Muhammad Al Fatih. Pada masa kekuasaan Muhammad al Fatih ini, Byzantium dan Konstantinopel ditaklukkan (1453 M). Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al Qanuni (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Usmani mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.

Untuk mengatur pemerintahan Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al –Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar "al Qanuni." Dalam pembangunan, Turki Usmani ini lebih memfokuskan kepada bidang politik , kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah seperti di atas. Bidang Militer adalah terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Bidang arsitek misanya banyak dibangun bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam, jembatan dan masjid-masjid. Masjid-masjid dihiasi dengan kaligrafi yang indah, misalnya yang terkenal adalah masjid Jami sultan Muhammad Al Fatih, Masjid Agung sulaiman, Masjid Abi ayub Al Anshari dan Masjid Aya Sopia yang awalnya adalah bangunan gereja.


 

Dalam bidang keagamaan, perhatian sultan cukup besar. Fatwa-fatwa ulama sangat berperan dalam mengambil kebijakan Negara. Mufti adalah sebagai pejabat urusan agama tertinggi yang memberikan fatwa resmi terhadap problematika keagamaan dalam masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa jadi tidak berjalan.

Selama kurang lebih 9 abad kerajaan Usmani berdiri, tetapi kemudian hancur juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Budaya pungli

Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus "dibayar" dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut, sehingga menyebabkan dekadensi moral dan kondisi para pejabat semakin rapuh.


b. Pemberontakan tentara Jenissari

Kemajuan ekspansi kerajaan Usmani adalah juga karena peranan yang besar dari tentara Jenissari. Maka dapat dibayangkan kalau tentara Jenissari itu sendiri akhirnya memberontak kepada pemerintah.


c. Kemorosotan ekonomi

Ini disebabkan perang yang berkepanjangan, menghabiskan uang dan perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.


d. Wilayah kekuasaan yang sangat luas

Terlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.


e. Kelemahan penguasa

Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh Sultan–sultan yang lemah terutama dalam bidang kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.

aan yang sangat luas

Terlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.


e. Kelemahan penguasa

Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh Sultan–sultan yang lemah terutama dalam bidang kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.

Insiden Bendera di Hotel Yamato, Surabaya

Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia merayakannya dengan suka cita. Di Surabaya, arek-arek Suroboyo satu persatu menancapkan tiang lalu mengibarkan bendera merah putih di berbagai sudut kota untuk menandai kemerdekaan itu.

Pengibaran itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena penjajahan Jepang masih terasa. Namun, setelah munculnya maklumat pemerintah (31 Agustus 1945) yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota. Bendera juga dikibarkan di berbagai tempat strategis lainnya, antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan, gedung Gubernuran sekarang, Jl Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kenpei Tai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera merah putih datang ke Tambaksari (lapangan Gelora 10 Nopember) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya.

Saat itu lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih, disertai pekik 'Merdeka' mendengung di angkasa. Walaupun pihak Kompeitai melarang diadakannya rapat tersebut, namun mereka tidak berdaya menghadapi massa rakyat yang semangatnya tengah menggelora itu. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru/Hotel Yamato atau Oranje Hotel, Jl Tunjungan 65 Surabaya. Mula-mula Jepang dan Indo Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun suatu organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang. Terbentuknya komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross). Namun, berlindung dibalik Intercross mereka melakukan kegiatan politik. Mereka mencoba mengambil alih gudang-gudang dan beberapa tempat telah mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18 September 1945, opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari Allied Command (utusan Sekutu) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta datang ke Surabaya (Gunungsari). Rombongan Sekutu oleh Jepang ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisioners of War and Internees).

Karena kedudukannya merasa kuat, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr W.V.Ch Ploegman pada sore hari (18 September 1945, pukul 21.00) mengibarkan bendera Belanda(Merah-Putih-Biru) tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya (19 September 1945) ketika arek Surabaya melihatnya, seketika amarah mereka meledak. Mereka menganggap Belanda mau menancapkan kekuasaannya kembali di negeri Indonesia, dan dianggap melecehkan gerakan pengibaran bendera yang sedang berlangsung di Surabaya.

Begitu kabar tersebut tersebar di seluruh kota Surabaya, Jl Tunjungan segera dibanjiri oleh massa rakyat, mulai dari pelajar berumur belasan tahun hingga pemuda dewasa, semua siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa dengan luapan amarah. Agak ke belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang tampak berjaga-jaga. Situasi saat itu menjadi sangat eksplosif.

Tak lama kemudian Residen Sudirman datang. Kedatangan pejuang dan diplomat ulung yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, menyibak kerumunan massa lalu masuk ke hotel. Ia ingin berunding dengan Mr Ploegman dan kawan-kawan. Dalam perundingan itu Sudirman meminta agar bendera Belanda Triwarna segera diturunkan.

Ploegman menolak, bahkan dengan kasar mengancam, "Tentara Sekutu telah menang perang, dan karena Belanda adalah anggota Sekutu, maka sekarang Pemerintah Belanda berhak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Itu tidak kami akui." Sambil mengangkat revolver, Ploegman memaksa Sudirman untuk segera pergi dan membiarkan bendera Belanda tetap berkibar.

Melihat gelagat tidak menguntungkan itu, pemuda Sidik dan Hariyono yang mendampingi Sudirman mengambil langkah taktis. Sidik menendang revolver dari tangan Ploegman. Revolver itu terpental dan meletus tanpa mengenai siapapun. Hariyono segera membawa Sudirman ke luar, sementara Sidik terus bergulat dengan Ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Beberapa tentara Belanda memaksa masuk karena mendengar letusan pistol, dan sambil menghunus pedang panjang disabetkan ke arah Sidik. Sidik pun tersungkur.

Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui kejadian itu langsung merangsek masuk ke hotel dan terjadilah perkelahian di ruang muka Hotel. Sebagian yang lain, berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman turut terlibat dalam pemanjatan tiang bendera. Akhirnya ia bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek yang biru, dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Massa rakyat menyambut keberhasilan pengibaran bendera merah putih itu dengan pekik "Merdeka" berulang kali, sebagai tanda kemenangan, kehormatan dan kedaulatan negara RI.

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Salah satu bentuk dukungan spontan rakyat terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah berkumpulnya seluruh lapisan masyarakat di Jakarta. Mereka berkumpul di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) dalam rapat akbar pada tanggal 19 September 1945. Rakyat ingin menyatakan kegembiraan mereka atas terselenggaranya Proklamasi Kemerdekaan, terbebasnya Indonesia dari penjajahan, serta berdirinya Negara Indonesia yang berdaulat. Selain itu, rakyat juga ingin berpartisipasi dalam kemerdekaan. Untuk itu, mereka berani menanggung semua resikonya.

Rapat akbar di Lapangan Ikada dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa yang bermarkas di jalan Prapatan 10. Rapat tersebut dihadiri oleh pemuda dan masyarakat dari berbagai suku yang tinggal di Jakarta. Tujuan rapat adalah menegakkan kedaulatan Republik Indonesia. Pada awalnya, presiden dan cabinet menolak diadakannya rapat akbar tersebut. Mereka khawatir akan adanya kemungkinan "banjir darah". Akan tetapi, para pemuda menyatakan sanggup menanggung segala konsekuensinya. Oleh karena itu, rapat akbar di Lapangan Ikada akhirnya tetap diadakan.

Serdadu Jepang berusaha menggagalkan rapat. Mereka mengancam rakyat dengan senapan dan sangkur terhunus, serta dengan acungan senjata mesin. Mereka menutup jalan-jalan yang menuju ke Lapangan Ikada dengan barikade. Semua jalan tersebut dijaga dengan kendaraan lapis baja. Namun demikian, massa rakyat tak gentar sedikit pun. Mereka tidak menghiraukan ancaman yang dapat merenggut ribuan jiwa. Jepang tidak berdaya menghadapi semangat rakyat Indonesia. Senjata serdadu Jepang ternyata tidak mampu menahan gelora rakyat.

Berita mengenai rapat akbar telah tersebar ke seluruh pelosok Jakarta. Lapangan Ikada, yang sekarang telah menjadi Lapangan Medan Merdeka, berubah menjadi lautan massa ketika itu. Mulai siang hari rakyat berduyun-duyun masuk dan memadati lapangan. Ribuan pengunjung rapat akbar tersebut merupakan kekuatan massa yang sedang meluap emosinya. Mereka merupakan suatu kekuatan besar yang siap menghancurkan segala rintangan, termasuk serdadu Jepang.

Salah satu acara dalam rapat akbar tersebut adalah pidato Presiden Soekarno. Sampai sore hari, massa tetap tenang menunggu kedatangan Bung Karno. Mereka tidak mau bubar sebelum Bung Karno datang ke tempat rapat dan berpidato. Akhirnya Bung Karno datang dan berpidato sangat singkat. Beliau mengatakan, "…Saudara-saudara, saya mengerti bagaimana semangat saudara-saudara setelah proklamasi. Oleh karena itu, marilah kita jaga proklamasi kemerdekaan kita dengan baik pulanglah dengan tenang."

Presiden Soekarno mampu menenangkan massa rakyat di Lapangan Ikada. Akan tetapi, pemuda dan massa tidak mampu menahan luapan kegembiraan dan kebencian. Mereka mengambil tindakan sendiri dengan menduduki kantor-kantor Jepang dan stasiun kereta api. Mereka juga mengibarkan bendera Merah Putih. Bentrokan dan insiden dengan serdadu Jepang tidak dapat dihindari.

Makna yang terkandung dengan adanya rapat raksasa di Lapangan Ikada antara lain :

  1. Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa kemerdekaan RI memperoleh dukungan dari rakyatnya
  2. Menjadi bukti pertama yang menunjukkan bahwa pemerintah RI berwibawa di hadapan rakyatnya

Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Pada tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX atau lebih dikenal dengan Sultan HB IX menyatakan dukungannya yang penuh kepada Republik Indonesia. Dengan pernyataan ini, maka Republik Indonesia kembali mendapatkan bukti yang nyata adanya pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia yang baru diproklamasikan.

Sri Sultan HB IX setelah mendengar proklamasi telah dibacakan oleh dua proklamator Indonesia, yaitu Soekarno dan Hatta segera memberi ucapan selamat. Ucapan ini diberikan khususnya untuk Presiden Soekarno atas kemerdekaan Indonesia. Hal ini merupakan tindakan cepat yang prorepublik dan antipenjajah.

    Selanjutnya, ketegasan pernyataan Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII tentang dukungannya pada RI itu, dibuktikan dengan adanya amanat yang ditujukan kepada rakyat Yogyakarta. Amanat ini diumumkan pada tanggal 5 September 1945.

Amanat ini mencakup tiga hal, yaitu :

  1. Kerajaan Yogyakarta merupakan Daerah Istimewa dari Negara RI
  2. Semua urusan pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dipegang oleh Sultan
  3. Sultan bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI

Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII adalah salah satu pemimpin yang berpandangan maju ke depan dan prorevolusi. Sultan dengan tegas menyatakan akan berdiri dan mendukung RI. Sementara itu, Raja dan Sultan yang ada di tempat lain masih memiliki keraguan untuk mendukung keberadaan RI.

Pernyataan dan amanat ini mempunyai resiko yang sangat besar. Hal ini terjadi karena Sultan dengan berani menghadapi serdadu-serdadu Jepang di Yogyakarta dan sekitarnya yang masih memiliki senjata lengkap. Tidak berbeda dengan di Jakarta, Jepang menjadi penghalang proklamasi yang harus dilawan, maka di Yogyakarta, Jepang juga harus dihadapi dengan kekuatan.

Selain itu, kekuatan asing yaitu Sekutu dan NICA segera masuk ke Indonesia. Pada pertengahan bulan September 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi NICA sudah tiba di Jakarta. Setelah NICA masuk di Indonesia, "pemerintahan Hindia Belanda" ini merongrong RI dan mempersempit wilayah RI dengan menyodorkan Perjanjian Linggarjati, Renville, dan lain-lain. Selain itu, NICA membentuk negara-negara boneka agar daerah-daerah tidak setia kepada NKRI. Mereka menjadi penyebab kerusuhan, terror dan pembunuhan. Pemimpin-pemimpin RI merasa terancam dan pemerintahan RI terganggu. Karena itu, ibukota RI harus dipindahkan agar pemerintahan dapat berjalan lancar.


 

Sebagai kelanjutan dari pernyataan Sri Sultan HB IX mengusulkan agar ibu kota RI dipindahkan ke Yogyakarta, maka pada tanggal 3 Januari 1946 kabinet mengadakan sidang dan menyetujui pindahnya ibu kota RI ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta disertai pejabat-pejabat RI menuju Yogyakarta dengan kereta api. Hari berikutnya, Yogyakarta resmi menjadi ibu kota RI sampai dengan penyerahan kedaulatan kepada RIS pada tanggal 27 Desember 1949.


 

Isi Pernyataan Sri Sultan HB IX :

Kami, HAMENGKUBUWONO IX, Sultan Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat, menyatakan :

  1. Bahwa Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia.
  2. Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya.
  3. Bahwa perhubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas Negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
  4. Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mengindahkan amanat kami ini.

Kerajaan Safawi di Persia

Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan pengajian tasawuf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam Syi'ah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jama'ah atau murid-muridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan fanatik dalam kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain syi'ah.

Kepemimpinan Safawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash (baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M). Dialah yang pertama kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi di kota Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh wilayah Persia dan bagian timur Bulan sabit subur (Fortile Crescent). Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I. Pada masa pemerintahannya dapat menguasai beberapa daerah yang dikuasai Turki Usmani seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikuasainya.

Kemajuan Safawi bukan hanya bidang politik saja tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masanya lahir beberapa ilmuwan antara lain Bahauddin al Syaeraji, generalis ilmu pengetahuan, Sadaruddin al Syaeroji, seorang filosof, dan Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad, seorang filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obesrvasi mengenai kehidupan lebah. Bidang fisik dan seni, para penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Dibangun pula mesjid-mesjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.

Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein (1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga menyenangi kehidupan malam beserta harem haremnya.Sedangkan Husein adalah seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syi'ah dan kejam terhadap penganut Sunni. Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesar kerajaan, dan juga konflik intern di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.

Kerajaan Mughal di India

Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai Ibukotanya. Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk. Ia bertekad ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan raja Ismail I, raja Safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul, ibukota Afghanistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat ditaklukkannya. Babur meningal pada tahun 1530 M. diganti oleh anaknya Humayun.(1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar.

Akbar (1556-1606 M) dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi. Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal), sehingga semua rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal

Beberapa kemajuan kerajaan Mughal antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan. Hasil karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan Masjid berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.

Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Mughal, ada beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858 antara lain:
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kemiliteran sehingga tidak bisa memantau gerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai. Begitu pula kekuatan pasukan daratnya semakin kurang handal, terutama dalam mengoperasikan persenjataan buatannya sendiri.
b. Dekadensi moral dan hidup mewah di kalangan pembesar kerajaan yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang.
c. Terlampau kasarnya sikap Aurangzeb dalam melaksanakan ide-idenya yang menyebabkan terjadinya konflik antara agama, misalnya aliran Syikh, Syi'ahdan sunni.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada separuh terakhir kekuasaan Mughal adalah orang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan.

SEJARAH MASAKAN JEPANG

Masakan Jepang (日本料理, nihon ryōri, nippon ryōri?) adalah makanan yang dimasak dengan cara memasak yang berkembang secara unik di Jepang dan menggunakan bahan makanan yang diambil dari wilayah Jepang dan sekitarnya. Dalam bahasa Jepang, makanan Jepang disebut Nihonshoku atau Washoku.

Nihon Shoki merupakan literatur klasik yang memuat sejarah tertulis paling tua tentang masakan Jepang. Nihon Shoki mengisahkan tentang Iwakamutsukari-no-mikoto yang merupakan nenek moyang klan Takahashi. Iwakamutsukari-no-mikoto menghidangkan Namasu dari ikan cakalang dan kerang Hamaguri yang dipotong-potong dan diacar dengan cuka. Hidangan ini dibuat untuk Kaisar Keiko yang sedang mengunjungi provinsi Awa karena bersedih atas kematian Yamato Takeru. Iwakamutsukari-no-mikoto bertugas sebagai juru masak istana dan kemudian dijadikan dewa masakan.

Asal-usul masakan

Nasi mulai dimakan orang Jepang sejak zaman Jomon dengan lauk dari bahan makanan yang dibuat nimono, dipanggang, dan dikukus. Cara mengolah makanan dengan menggoreng dikenal di zaman Asuka dan berasal dari semenanjung Korea dan Tiongkok. Teh dan masakan khas pendeta diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan masuknya agama Buddha, tapi hanya berkembang di kalangan kuil. Makanan khas pendeta dikenal sebagai makanan Buddhis (Shōjin ryōri) yang melarang keras hewan peliharaan dan binatang buas seperti monyet dijadikan bahan makanan.

Menurut literatur klasik Engishiki, di berbagai tempat di Jepang barat terdapat upacara yang menggunakan ikan hasil fermentasi yang disebut Narezushi sebagai persembahan.

Masakan zaman Nara

Pengaruh kebudayaan Tiongkok yang kuat di zaman Nara berpengaruh pada masakan di zaman Nara. Makanan dimasak sebagai hidangan pada ritual dan perayaan yang berkaitan dengan musim. Di sepanjang tahun selalu ada perayaan dan pesta makan-makan. Cara memasak dari Tiongkok mulai digunakan untuk mengolah bahan makanan lokal. Penyesuaian cara memasak dari Tiongkok dengan keadaan alam di Jepang akhirnya melahirkan masakan yang khas Jepang.

Masakan zaman Heian

Di zaman Heian, masakan Jepang makin berkembang sambil terus menerima pengaruh dari daratan Tiongkok. Pada masa itu mulai dikenal makanan seperti Karaage, Karani, kue-kue asal Tiongkok (Tōgashi), dan Natto ala Tiongkok. Sementara itu, aliran masak-memasak dan etiket makan juga berkembang di kalangan bangsawan. Fujiwara no Yamakage menyunting buku memasak aliran Shijō berjudul Shijōryū Hōchōshiki atas perintah kaisar Kōkō. Sampai saat ini, rumah makan tradisional Jepang sering memiliki altar pemujaan (kamidana) untuk Fujiwara no Yamakage dan Iwakamutsukari-no-mikoto.

Masakan zaman Kamakura

Makanan olahan dari tahu yang disebut Ganmodoki mulai dikenal bersamaan dengan makin populernya tradisi minum teh dan meluasnya ajaran Zen. Di zaman Kamakura, makanan dalam porsi kecil untuk biksu yang menjalani latihan dikenal sebagai masakan Kaiseki. Pendeta Buddha bernama Eisai kembali ke Jepang membawa teh dari Tiongkok yang dinikmati dengan masakan Kaiseki. Masakan ini nantinya berkembang menjadi makanan untuk resepsi atau jamuan makan yang juga disebut Kaiseki, tapi ditulis dengan aksara kanji yang berbeda.

Masakan zaman Muromachi

Memasuki zaman Muromachi, kalangan samurai juga ikut dalam urusan masak-memasak di dalam istana kekaisaran dan tata krama sewaktu makan semakin berkembang. Aliran etiket Ogasawara berasal dari etiket kalangan samurai dan bangsawan di zaman Muromachi dan masih dikenal hingga sekarang.

Pejabat Chūnagon bernama Yamakage no Masatomo mendirikan aliran masak-memasak yang disebut aliran Shijōryū. Aliran ini menerbitkan buku memasak berjudul Shijōryū Hōchōsho (buku memasak aliran Shijō). Sementara itu, aliran memasak bernama Ōkusaryū juga didirikan klan Ashikaga, dan sejak itu orang mulai cerewet mengenai cara memasak dan menghidangkan makanan. Makanan gaya Honzen (Honzen no seishiki) dan gaya Kaiseki merupakan dua aliran utama masakan Jepang di zaman Muromachi. Pada gaya Honzen, makanan dalam porsi cukup untuk satu orang dihidangkan secara individu di atas meja pendek yang disebut Ozen. Sementara itu sebagai tandingan gaya Honzen diciptakan makanan gaya Kaiseki yang berkembang dari tradisi menghidangkan makanan dalam porsi kecil seperti dalam upacara minum teh.

Namban adalah istilah orang Jepang zaman dulu untuk "luar negeri", khususnya Portugal dan Asia Tenggara), dan Nambansen adalah sebutan untuk kapal dari luar negeri. Kedatangan kapal-kapal dari Namban sejak zaman Muromachi hingga zaman Sengoku membawa serta berbagai jenis masakan yang disebut Nambanryōri (masakan luar negeri) dan Nambangashi (kue luar negeri). Kue Kastela yang menggunakan resep dari Portugal termasuk salah satu contoh Nambangashi.

Masakan zaman Edo

Kebudayaan orang kota berkembang pesat di zaman Edo dan makanan penduduk kota seperti Tempura dan minuman Mugicha mulai banyak dijual di kios-kios pasar kaget. Pada masa itu mulai banyak dijumpai rumah makan yang khusus menyediakan Nigirizushi dan Soba. Ōrusuichaya adalah sebutan untuk rumah makan tradisional (ryōtei) yang digunakan kalangan samurai sewaktu menjamu tamu dengan pesta makan. Makanan dinikmati secara santai sambil meminum sake, dan tidak mengikuti tata cara makan formal seperti masakan gaya Kaiseki atau masakan gaya Honzen. Masakan yang berkembang di Ōrusuichaya disebut Kaisekiryōri (会席料理, masakan jamuan makan?) yang ditulis memakai aksara kanji yang berbeda dengan masakan Kaiseki untuk upacara minum teh.

Sementara itu, teknik pembuatan kue-kue tradisional Jepang (Wagashi) menjadi berkembang berkat tersedianya gula yang sudah menjadi barang yang lumrah di zaman Edo. Alat makan dari keramik dan porselen mulai banyak digunakan orang dan diberi hiasan berupa gambar-gambar artistik yang dikerjakan secara serius. Daging ternak mulai dikonsumsi orang Jepang dan daging sapi dimakan sebagai obat. Di pertengahan zaman Edo, makanan mulai dihias dengan Wachigai daikon (hiasan dari lobak) sejalan dengan mulai dikenalnya teknik seni ukir sayur. Di zaman yang sama mulai dikenal telur rebus aneh dengan kuning telur berada di luar dan putih telur di dalam (Kimigaeshi tamago).

Masakan Kanto

Masakan Jepang yang dikenal sekarang merupakan hasil penyempurnaan masakan di zaman Edo. Di masa itu dikenal kewajiban Sankin Kōtai bagi daimyo dari seluruh penjuru Jepang. Daimyo harus datang ke Edo untuk melakukan tugas pemerintahan secara bergiliran sebagai pendamping shogun. Kedatangan daimyo dari seluruh pelosok negeri membawa serta cara memasak dan bahan makanan yang khas dari daerah masing-masing. Bahan makanan yang dibawa dari seluruh penjuru Jepang menambah keanekaragaman masakan Jepang di Edo, apalagi ditambah dengan makanan laut dari Teluk Edo (disebut Edomae) yang segar dan enak. Hasil laut dari Samudra Pasifik seperti ikan tongkol sudah dijadikan menu tetap dalam sashimi.

Ikan kakap merupakan lambang kemakmuran dan ikan kakap yang dipanggang utuh tanpa dipotong-potong merupakan hidangan istimewa pada kesempatan khusus. Makanan yang dihidangkan pada pesta makan terdiri dari dua jenis: makanan untuk dimakan di tempat pesta, dan makanan yang berfungsi sebagai hiasan. Panggang ikan kakap termasuk dalam makanan hiasan yang boleh saja dimakan di tempat pesta, tapi lebih merupakan hiasan yang dinanti-nanti para tamu untuk dibawa pulang. Tradisi membawa pulang makanan pesta sebagai oleh-oleh untuk keluarga yang menanti di rumah berasal dari zaman Edo dan terus berlanjut hingga sekarang. Selain ikan kakap, tamu biasanya dipersilakan membawa pulang kinton (biji berangan dan ubi jalar yang dihaluskan) dan kamaboko.

Masakan yang lahir dari berbagai keanekaragaman di daerah Kanto disebut masakan Edo atau masakan Kanto. Sebutan masakan Kanto digunakan untuk menandingi masakan Kansai yang telah lebih dulu dikenal. Ciri khas masakan Kanto adalah penggunaan kecap asin (shōyu) sebagai penentu rasa, termasuk pada berbagai makanan berkuah (shirumono) dan nimono. Tradisi membawa pulang makanan pesta merupakan alasan kecap asin digunakan dalam jumlah banyak pada masakan Kanto, agar rasa makanan tetap enak walaupun sudah dingin. Berbeda dengan masakan Kanto, masakan Kansai justru tidak terlalu asin walaupun mengandalkan garam dapur sebagai penentu rasa.

Masakan Kansai

Masakan Kansai adalah sebutan untuk masakan Osaka dan masakan Kyoto. Berbeda dengan budaya Edo yang gemerlap, masakan Kyoto mencerminkan budaya Kyoto yang elegan. Masakan kuil agama Buddha banyak mempengaruhi masakan Kyoto yang banyak menggunakan sayur-sayuran, tahu, kembang tahu, dan sedikit makanan laut karena letak Kyoto yang jauh dari laut. Masakan Kyoto melahirkan cara memasak dengan bumbu seminimal mungkin agar rasa asli tahu atau kembang tahu yang memang sudah "tipis" tidak hilang. Kepandaian mengolah ikan hasil awetan seperti Bodara (ikan Cod kering) dan Migakinishin (ikan Hering kering) hingga menjadi hidangan yang enak merupakan keistimewaan masakan Kyoto.

Sebagai kota tepi laut dengan hasil laut yang melimpah, masakan Osaka mengenal berbagai cara pengolahan hasil laut. Makanan laut diolah agar enak untuk langsung dimakan di tempat dan tidak untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Masakan Osaka tidak mementingkan rasa makanan kalau sudah dingin karena menganut prinsip "makanan yang habis dimakan". Prinsip ini bertolak belakang dengan masakan Kanto yang memikirkan rasa makanan kalau sudah dingin. Seiring dengan perkembangan zaman, perbedaan antara masakan Kansai dan masakan Kanto menjadi semakin kecil berkat saling belajar dari kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Pengaruh masakan Barat

Di awal zaman Meiji, masakan Eropa menjadi mulai dikenal orang Jepang yang melakukan kontak sehari-hari dengan orang asing. Sementara itu, di kalangan rakyat tercipta makanan gaya Barat (Yōshoku) yang merupakan adaptasi masakan Eropa. Berbagai aliran masak memasak mengalami kemunduran dan aliran Hōchōshiki merupakan satu-satunya aliran yang terus bertahan. Larangan makan daging dihapus sesuai kebijakan pemerintah Meiji mengenai Haibutsu kishaku dan Shinbutsu bunri sehingga tercipta masakan Sukiyaki. Sementara itu, Honzen ryōri yang merupakan aliran utama masakan Jepang mulai ditinggalkan orang. Masakan tradisional berupa Kaisekiryōri (会席料理, masakan jamuan makan?) beralih menjadi makanan standar yang dihidangkan rumah makan tradisional (ryōtei) dan penginapan tradisional (ryōkan).

Masakan vegetarian Shōjinryōri berlanjut sebagai tradisi di kuil agama Buddha dan makanan porsi kecil Kaisekiryōri (懐石料理, Kaisekiryōri?) bertahan hingga sekarang sebagai hidangan upacara minum teh. Di bidang pertanian, tanaman sawi dan spinacia mulai ditanam secara besar-besaran. Di kota-kota mulai banyak dijumpai rumah yang memiliki meja pendek yang disebut Chabudai sebagai pengganti nampan berkaki yang disebut Ozen. Keberadaan Chabudai yang bisa dipakai sebagai meja makan untuk empat orang mengubah acara makan yang dulunya dilakukan sendiri-sendiri dengan Ozen pribadi menjadi acara berkumpul keluarga.

Juru masak pewaris tradisi masakan Edo menjadi berkurang karena menjadi korban Gempa bumi besar Kanto dan tradisi masakan Honzen ryōri mulai memudar. Etiket makan mulai menjadi longgar dan orang Jepang semakin menyukai suasana santai sewaktu makan. Setelah Perang Dunia II, kemudahan transportasi dan kemajuan bidang komunikasi menyebabkan tipisnya perbedaan antardaerah dalam soal bahan makanan dan cara memasak untuk makanan yang sama, walaupun masih tersisa perbedaan mendasar dalam soal bumbu dan selera.


 

Sumber : "http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Jepang"

Kategori: Masakan Jepang

Kategori Masakan Jepang

Masakan tradisional

Makanan sehari-hari

Masakan asal luar Jepang

Sumber : "http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Jepang"

Kategori: Masakan Jepang

VOC (Verenidge Oost Indische Compagnie)

Latar Belakang Berdirinya :

VOC berdiri atas usul seorang anggota Staten Generaal (Parlemen Belanda) bernama Johan van Oldebarnevelt, yakni diadakannya penggabungan (merger) seluruh perusahaan dagang yang ada di Belanda menjadi satu serikat dagang. Usul ini diajukan untuk mengatasi persaingan tidak sehat sekaligus mematahkan dominasi Portugis yang saat itu juga berdagang di Indonesia.

Tanggal Berdirinya :

VOC (Verenidge Oost Indische Compagnie atau Serikat Perusahaan Dagang Hindia Timur) didirikan pada tanggal 20 Maret 1602.

Hak Khusus VOC :

  1. Hak monopoli perdagangan
  2. Hak memiliki tentara, pengadilan, dan mengumumkan perang
  3. Hak mencetak uang sendiri
  4. Hak mengadakan perjanjian dengan penguasa setempat atas nama pemerintah Belanda

Aturan Monopoli Perdagangan VOC

  1. Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen
  2. Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC
  3. Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC

Strategi VOC Mengendalikan Monopoli Perdagangan

  1. Hak Ekstirpasi : Hak untuk membinasakan pohon rempah-rempah yang berlebihan agar harga rempah-rempah di pasar Mancanegara tetap tinggi
  2. Pelayaran Hongi : Pelayaran bersenjata lengkap untuk mengawasi pohon rempah-rempah yang berlebihan dan mencegah petani rempah-rempah berhubungan dengan pihak pembeli lain

Dengan segala tindak-tanduk VOC yang seperti itu, saya dapat membayangkan betapa menderitanya masyarakat Indonesia, terutama petani rempah-rempah saat itu. Semoga sejarah kelam VOC di Indonesia saat itu dapat memberi kita pelajaran untuk tidak mudah diperbudak bangsa lain demi kesejahteraan hidup bangsa Indonesia maupun generasi mudanya ke depan.